Monday, August 18, 2008

Sinetron di Televisi

Mungkin pembaca bingung dengan judul postingan saya kali ini, "Sinetron di Televisi". Apa sih untungnya untuk menulis artikel ini. Terlepas dari untung dan ruginya, disini saya mencoba untuk berbagi pandangan tentang sinetron-sinetron yang belakangan ini menghiasi dunia pertelevisian Indonesia. Sebenarnya saya adalah termasuk salah seorang yang tidak begitu berminat untuk menonton Sinetron Di Televisi. Tetapi karena saya melihat, begitu banyaknya ibu-ibu rumah tangga, anak gadis, kaum bapak (cowok yang sudah menikah) bahkan anak-anak begitu serius apabila menonton Sinetron yang ada ditelevisi, maka saya tertarik untuk sekedar mengetahui, mengapa mereka begitu serius dan antusias ketika menonton acara tersebut.

Apabila saya ditanyai pendapat tentang persinetronan di Indonesia, maka saya akan langsung menjawab, bahwa sampai sekarang acara-acara sinetron di indonesia masih kurang begitu mendidik. Acara sinetron yang diputar di televisi lebih banyak menguntungkan sang pemutar sinetron beserta sponsornya daripada nilai positif yang bisa diambil oleh penontonnya. Ada begitu banyak judul sinetron yang sering muncul dilayar televisi, akan tetapi tentu saja saya tidak akan membahas mereka satu persatu, karena terus terang, saya kurang tertarik untuk membahas secara menyeluruh karena hampir semua sinetron tersebut menceritakan tentang hura hura yang berlebihan, percintaan anak smu yang diluar batas, peran antagonist yang sangat berlebihan yang mungkin di dunia nyata kita semua tidak pernah melihat seseorang melakukan peran seperti itu. Peran protagonist yang juga sangat keterlaluan sehingga sebagian penonton akan berkata sang pemeran tersebut kelewat bodoh alias so stupid.

Saya jadi teringat ketika saya ditanya oleh seorang dosen saya diwaktu saya masih dalam pendidikan. Sang dosen yang bermarga gurning dan lulusan S2 serta mengajar mata kuliah Sejarah dan kesusasteraan Inggeris tersebut bertanya kepada saya apa perbedaan penonton indonesia dengan penonton dari negara lain ketika mereka menyaksikan suatu pertandingan. Lalu tanpa berfikir panjang saya pun menjawab, Penonton indonesia suaranya lebih bergemuruh/kuat dibandingkan dengan suara penonton dari negara lain. Sang dosen pun tersenyum simpul sambil berkata bukan, bukan itu, lalu ia menjelaskan, Begini, perbedaan yang sangat mendasar adalah, Penonton dari negara lain selalu bertepuk tangan apabila melihat permainan yang sangat bagus dan menarik, mereka merasa senang dan terhibur melihat permainan yang menarik tersebut, nah kalau penonton indonesia lain lagi, mereka akan bertepuk tangan dan bersorak sorai apabila mereka melihat permainan lawan yang tidak bagus. Sontak saya terkejut mendengar penjelasan dosen tersebut, tetapi setelah saya pikir-pikir, benar juga apa yang ia katakan, saya sendiri termasuk penonton indonesia yang selalu bertepuk tangan apabila melihat permainan buruk dari negara lain terhadap pemain negara indonesia.

Mungkin pembaca bingung, loh apa hubungannnya antara penonton indonesia dengan Sinetron indonesia? Nah, jadi begini, diatas telah saya gambarkan bagaimana seorang dosen saya membedakan antara penonton indonesia dengan penonton dari negara luar. Dan disini saya ingin membedakan antara Sutradara Indonesia dengan Sutradara dari luar. Menurut pembaca kira kira apa perbedaan yang paling mendasar antara Sutradara tersebut? Kalau saya boleh berpendapat, perbedaan yang paling menonjol antara Sutradara Sinetron Indonesia dengan Sutradara Sinetron negara luar adalah: Sutradara Sinetron Luar selalu berusaha untuk menarik perhatian penontonnya untuk antusias mengikuti sinetron mereka dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai positif dalam sinetron tersebut. Artinya, penonton bisa mengambil nilai-nilai yang bermanfaat dalam cerita yang mereka garap. Kesimpulannya adalah bahwa sang sutradara langsung mendapat dua keuntungan, yang pertama mereka tidak kehilangan penonton, yang kedua, mereka bisa memberikan pembelajaran yang mendidik penontonnya. Nah bagaimana dengan sutradara Sinetron indonesia? Apakah ada dari antara pembaca yang bisa menebak kira kira model sutradara indonesia bagaimana? Yah begitulah, tanpa meremehkan Persinetronan di indonesia serta sutradara2 indonesia, maka dengan sangat jujur, disini saya katakan bahwa kelemahan sutradara indonesia adalah terlalu memikirkan masalah uang daripada nilai2 positif yang bisa diserap penontonnya. Artinya sang sutradara bekerja keras untuk menarik penonton supaya selalu mengikuti sinetron mereka tanpa membubuhin nilai2 positif didalamnya. Mungkin pembaca bisa menonton langsung acara-acara sinetron di berbagai televisi di indonesia.

Benar sekali, bahwa tidak semua sang sutradara indonesia yang demikian, tetapi perlu dicatat, bahwa sinetron-sinetron yang bertema religi lah yang memiliki nilai-nilai positif didalamnya. Baik Sinetron religi islam, kristen maupun agama lain. Tetapi anehnya, kenapa kalau sinetron religi yang diputar di televisi, channel televisinya malah diganti yah? (Tanya pada diri sendiri, mengapa?) Pada kesempatan ini juga, Penulis mengacungkan dua jempol yang setinggi-tingginya kepada semua sutradara yang menulis tentang sinetron Religi.

Akhir kata, penulis mengajak kepada semua pihak yang suka dan sering menulis naskah, supaya lebih mementingkan isi daripada nilai komersilnya. Penulis naskah sangat berperan dalam memajukan bangsa ini melalui tulisan-tulisan mereka. Berilah pembelajaran yang baik kepada anak-anak bangsa, agar anak-anak bangsa ini mendapat yang baik pula. Bukankah apabila kita menanam ubi, maka ubi yang kita panen? Nah kalau peran yang di sinetron di televisi selalu menampilkan tentang huru hara anak sekolah yang selalu berpesta, pacaran, ngedrugs, mencuri, merampok, menipu, memperkosa, maka kira kira anak anak kita akan seperti apa?

0 comments: